Pertanyaan:
Selama ini saya bergaul dengan para pemuda yang baik-baik dan yang berpegang teguh dengan ajaran Islam. Tapi keluarga saya tidak menyukainya, sehingga dalam hal ini mereka sering mencaci-maki saya, bahkan kadang-kadang sampai memukul. Apakah dalam keadaan seperti ini saya harus tetap menaati keluarga saya?
Jawaban:
Bergaul dengan orang-orang baika dan pilihan adalah sebaik-baik pergaulan dan merupakan penyebab tercapainya kebahagiaan. Sedangkan bergaul dengan orang-orang jahat (orang-orang kafir dan orang-orang yang berbuat maksiat secara terang-terangan) adalah perbuatan yang tidak diperbolehkan dan merupakan penyabab terjadinya Su’ul Khatimah (mati dalam keadaan buruk atau maksiat), dan bisa menyebabkan kita meniru perbuatan dan akhlak jelek mereka.
Dalam sebuah hadits shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpamakan orang yang berteman dengan orang shalih adalah seperti duduk-duduk bersama penjual minyak wangi. Dia bisa diberi minyak wangi tersebut atau membelinya atau minimal dia bisa mencium bau wanginya. Sedangkan orang yang berteman dengan orang jahat beliau umpamakan seperti orang yang duduk-duduk dengan tukang meniup api (pandai besi), di mana sewaktu-waktu bajunya bisa terbakar atau paling tidak dia mencium bau sangitnya.
Oleh karena itu seorang mukmin wajib bersungguh-sungguh dan berhati-hati dalam pergaulan, dan hanya bergaul dengan orang-orang yang baik saja serta tidak dekat-dekat dengan orang-orang yang jahat (ahli maksiat).
Dalam hal ini, kita tidak boleh taat kepada orang tua dan kepada siapapun yang menyuruh kita bergaul dengan orang-orang jahat atau melarang kita bergaul dengan orang-orang shalih. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي المَعْرُوفِ
“Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam masalah yang maruf (baik).” (HR. Bukhari).
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
لاَ طَاعَةَ بِمَخُلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ
“Tidak boleh taat kepada makhluk dalam rangka bermaksiat kepada Khalik (Allah Subhanahu wa Ta’ala).”
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Penolong menuju kebenaran.
Sumber: Fatawa Syaikh Bin Baaz Jilid 2, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Pustaka At-Tibyan
(Dengan penataan bahasa oleh www.konsultasisyariah.com)
Artikel www.konsultasisyariah.com
🔍 Muhrim Adalah, Wagini Anak Genderuwo, Bila Istri Menolak Ajakan Suami, Masya Allah Subhanallah, Syarat Menyembelih Hewan Qurban, Bacaan Tahiyat Terakhir